Jan 17, 2014

High and Low kV Tehnik

MAKALAH HIGH AND LOW KV TECHNIQUE


BAB I

PENDAHULUAN


A.                     Latar Belakang
            Variasi kV pada teknik pemeriksaan adalah salah satu yang biasa digunakan untuk proyeksi tertentu tergantung pada ukuran ketebalan badan, dan pemberian nilai mAs juga disesuaikan untuk masing-masing badan yang diperiksa.
            Sistem teknik yang menggunakan variasi kV memiliki keuntungan yang menjanjikan dalam variasi ekspose pada ketebalan badan yang berbeda-beda. Kenaikan kV yang terus meningkat dapat mengurangi kontras pada radiografi. Penurunan nilai kontras dapat terjadi jika kV awal terlalu rendah menyediakan penetrasi yang cukup dari organ itu.
            Suatu penurunan kontras diperbolehkan ketika kV terlalu tinggi dapat mengurangi kemampuan radiolog untuk melihat detail yang bagus di gambaran organ. Pemanfaatan sistem variasi kV harus mampu dalam penetrasi/daya tembus yang cukup dari bagian organ tersebut dan hasil tingkatan nilai kontras itu bisa diterima oleh radiolog.
            Ada tiga faktor yang mempengaruhi nilai dari kontras. Faktor yang utama adalah untuk mengontrol kontras yang bergantung pada kVp/mAs. Faktor yang kedua, tidak kalah penting adalah kendali dari pancaran radiasi untuk menghindari produksi radiasi dalam jumlah yang berlebihan dalam mengaburkan gambaran. Faktor yang lain yang mempengaruhi skala dari kontras adalah penggunaan dari IS.
            Sehingga pada makalah ini kami memaparkan atau menjelaskan tentang pemanfaatan penggunaan variasi kV yang berbeda, tepatnya penggunaan high kV teknik.

B.                Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Definisi high kV teknik.
b. Tujuan penggunaan high kV teknik.
c. Anatomi paru-paru.
d.Teknik pengambilan gambar.

C.                Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah agar mahasiswa/i dapat memahami tentang high kV teknik.
D.                Metode Penelitian
Dalam penyusunan makalah ini kami memperoleh data dari membaca buku sumber dan membuka situs internet yang mendukung pembahasan ini.

E.                 Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu:
Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II merupakan pembahasan tentang definisi high kV teknik, tujuan penggunaan high kV teknik, anatomi paru-paru, dan teknik pengambilan gambar.
Bab III merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran


BAB II
PEMBAHASAN


A.                       Definisi High kV Teknik
1.    Definisi Teknik High kV menurut Bushong (1988)
Teknik High kV merupakan teknik radiografi yang menggunakan faktor eksposi dengan kV tinggi yaitu lebih dari 100 kV, sehingga perbedaan densitas antar tulang, jaringan, dan udara menjadi relatif homogen.
2.      Definisi Teknik High kV menurut Clark (1974)
Teknik High kV merupakan teknik yang sangat mengutamakan waktu eksposi yang sangat rendah. Teknik ini sangat efektif untuk mengontrol ketidaktajaman karena pergerakan dari objek yang tidak disengaja dan menyebabkan gambaran menjadi kabur. Teknik High kV dapat digunakan untuk pemeriksaan angiografi karena memerlukan waktu yang singkat, dan juga pada teknik pemeriksaan tulang.
3.      Definisi Teknik High kV menurut Van Der Plats (1972)
Teknik High kV merupakan teknik pada bidang radiologi dengan memanfaatkan tegangan (kV) tinggi dengan menurunkan nilai mAs untuk menghasilkan gambaran radiografi yang sama dengan kondisi kV standar pada sebuah pemeriksaan radiologi. Gambaran radiografi dihasilkan oleh 2 variable yaitu kV dan mAs, kedua variable ini sangat mempengaruhi satu sama lain, jika kV naik maka mAs akan berkurang, untuk ukuran ketebalan yang sama dan begitu juga sebaliknya jika kV turun maka nilai mAs naik.

B.                       Tujuan Penggunaan High kV Teknik
-  Agar dapat meningkatkan batas densitas pada jaringan dan menghasilkan detail jaringan lebih baik pada radiografi.
-  Untuk mendapatkan perbedaan kontras tulang dan jaringan.
-  Untuk mengurangi dosis radiasi yang diterima oleh pasien dan pekerja radiasi.
-  Untuk mendapatkan gambaran yang homogen antara tulang, jaringan, dan udara dengan mendapatkan perbandingan densitas yang hampir sama.

C.                     Anatomi Paru-Paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung (gelembung hawa, alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas  permukaannya ± 90m2. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700 juta buah. Paru-paru dibagi dua: Paru-paru kanan terdiri dari tiga lobus, lobus pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior. Paru-paru kiri, terdiri dari dua lobus, pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dan lima buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dua buah segmen pada lobus medial, dan tiga buah segmen pada lobus inferior.
Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus. 
Diantara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dalam tiap-tiap lobulus terdapat sebuah bronkeolus. Di dalam lobulus, bronkeolus ini bercabang-cabang yang disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2 – 0,3 mm.
Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dada/kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat bagian tampuk paru-paru yang disebut hilus. Pada mediastinum depan terdapat jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua:
1. Pleura visceral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru.
2. Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada luar.
Antara kedua pleura ini terdapat ronggga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini hampa udara, sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaan pleura, menghindari gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernafas. 
 

D.                     Teknik Pengambilan Gambar
Salah satu peralatan yang digunakan dalam bidang kedokteran terutama di bidang radiologi adalah pesawat sinar x. Pesawat sinar x dalam setiap pemeriksaan selain memberikan keuntungan dalam mendiagnosa suatu penyakit juga mempunyai efek yang merugikan bagi kesehatan tubuh apabila dosis radiasi yang di terima pada tubuh cukup besar. Oleh karena itu, perlu diperhatikan faktor eksposi yang diberikan ke pasien agar aspek proteksi radiasi yang dalam pemeriksaan radiografi pasien harus menerima penyinaran serendah mungkin tanpa mengabaikan tujuan utama dari pemeriksaan tersebut.
Untuk mengatasi hal tersebut dapat digunakan teknik kV tinggi. Akan tetapi perlu diperhatikan, hal-hal sebagai berikut :
1. Perlu kV tinggi atau diatas 100 kV.
2. Untuk mengurangi hamburan menggunakan grid dengan rasio tinggi 10:1 sampai dengan  12 :1.
3. Menggunakan kolimasi yang baik atau secukupnya.
4. Kapasitas pesawat sinar-x minimal 500 mA.
5. Kaset Green sensitife dengan karakteristik Low speed.
6. Film Green sensitife dengan karakteristik Low speed.
Selain itu ada beberapa rumus tentang pengolahan teknik high kV, berikut rumus-rumus yang mendasari teknik high kV:
A. Van der plats
- 15% nilai kV naik, maka mAs turun setengah.
- 15% nilai kV turun, maka mAs naik dua kali lipat.
Contoh : kV dari 60 kV dengan 30 mAs jika ditambah menjadi kV = 69 kV, maka mAs menjadi 15 mAs tapi bila kita turunkan jadi 51 kV maka nilai mAs menjadi 60 mAs.
B. Rumus 10 kV Rule
-   Jika kV naik sebesar 10 kV, maka mAs akan berkurang menjadi setengahnya.
- Jika kV turun sebesar 10 kV, maka mAs akan naik menjadi setengahnya.

Ø    Teknik Radiografi Thorax Proyeksi PA erect:
1.      Klinis                     : Bronkhitis Kronis, KP, Pleural Effusion, Pneumo thorax,
  Massa pada paru/mediastinum.
2.      Posisi Pasien          : Erect.
3.      Posisi Obyek         : - Pasien berdiri menghadap buckystand.
  - Dada pasien menempel buckystand.
  - Dagu diekstensikan.
  - Batas atas kaset 3 jari di atas bahu.
  - Kedua punggung tangan pasien diletakkan di panggul.
  - Kedua siku difleksikan ke depan.
  - Pastikan kedua sisi kanan dan kiri tubuh pasien tercakup ke
    dalam kaset.
  - Letakkan marker R/L.
  - Eksposi pada saat pasien tahan napas setelah inspirasi penuh.
4.  CP                          : Setinggi axila.
5.  CR                          : Horizontal tegak lurus film.
6.  FFD                        : 150 cm.
7.  Faktor Eksposi: -kV: 100  -mAs: 1
8.  Kriteria Gambar     : - Apex paru tidak terpotong.
                                                  - Kedua sinus costophrenicus tidak terpotong.
                                                  - Kedua scapula tidak menutupi area paru.
                                                  - CV thoracalis tepat pada pertengahan film.
                                    - Tampak gambaran yang homogen antara tulang, jaringan,
                                      dan udara dengan mendapatkan perbandingan densitas yang
                                      hampir sama, kontras tulang dan jaringan.
* Pada penggunaan high kV teknik untuk foto thorax memungkinkan ke opaquekan dari ribs berkurang sehingga bila terjadi kelainan pada garis bawah ribs dapat terlihat.

Ø  Hubungan mAs terhadap gambaran:
Kenaikan mAs akan diikuti dengan banyaknya jumlah elektron yang dihasilkan dan mempengaruhi banyaknya foton sinar-x yang dihasilkan atau dengan kata lain mAs berhubungan dengan kuantitas sinar-x yang dihasilkan, kuantitas sinar-x akan mempengaruhi densitas gambaran pada film yang dihasilkan, maka semakin tinggi mAs yang digunakan akan semakin tinggi densitas yang dihasilkan.

Ø  Hubungan mAs terhadap kV:
Kenaikan mAs akan mengikuti kenaikan kV yang digunakan untuk menghasilkan sebuah gambaran pada film. Jika pada objek yang lebih tebal, supaya sinar-x bisa menembus objek tersebut dengan baik, maka akan digunakan kV yang lebih tinggi. Karena kV yang digunakan lebih tinggi maka untuk mengimbanginya digunakan juga mAs yang lebih tinggi (Ball and Price, 1990). Misalnya pada pemeriksaan os manus diberikan kV sebesar 44 dan mAs sebesar 4, maka jika dilakukan pemeriksaan thorax akan diberikan kV sebesar 58 dan mAs sebesar 6.
Pada kisaran kV tertentu antara 60-80 kV terdapat kecenderungan semakin tinggi kV yang digunakan akan semakin menurun mAs nya. Hal ini didasarkan pada aturan 10 kV (10 kV’s Rule). Aturan 10 kv menyebutkan bahwa jika kV naik 10 kV, maka mAs akan turun 50% dari semula dan jika kV turun 10 kV, maka mAs akan naik 50% dari semula. Untuk penggunaan kV yang tinggi atau biasa disebut dengan teknik kV tinggi dengan kisaran kV mulai dari 100 kV ke atas, mAs cenderung menjadi sangat rendah. Hal ini didasarkan pada rumus hubungan antara kV dengan mAs di bawah ini :
(kV 1) 4 x mAs 1 = (kV 2) 4 x mAs 2
Keterangan :
kV 1         =  kV awal sebelum diubah
mAs 1       =  mAs awal sebelum diubah
kV 2         =  kV sesudah diubah
mAs 2       =  mAs sesudah diubah

Ø  Keuntungan penggunaan teknik High kV :
- Batasan tegas densitas jaringan dapat tervisualisasikan di film.
- Mengurangi waktu eksposi lebih singkat dengan pemberian mAs yang kecil.
- Panas tabung sinar x berkurang dan akan membuat pesawat menjadi lebih awet.
- Lebih besar latitude eksposi.
- Dengan mA yang kecil menjadikan fokus yang baik.
- Dosis radiasi pasien berkurang di banding dengan teknik biasa bahkan berkurang hingga 80%.
- Penggunaan mAs rendah memungkinkan penggunaan fokus kecil sehingga gambaran lebih tajam ( Menurut Glenda J. Bryan ).
- Penggunaan mAs rendah memungkinkan terjadinya waktu eksposi singkat sehingga mampu menghindari movement unsharpness (Menurut Glenda J. Bryan).
- Dengan kV tinggi densitas lebih merata (Menurut Phillip W. Ballinger).
  - Dengan mAs yang lebih kecil dari teknik kV biasanya sehingga waktu eksposi lebih
rendah, kemudian movement unsharpness nya dapat teratasi lalu dengan fokus kecil maka geometri unsharpness juga dapat teratasi. (Menurut Phillip W. Balingger).
Ø  Kerugian penggunaan teknik High kV:
- Memerlukan pesawat sinar-x yang memiliki kv besar.
- Radiasi hambur meningkat sehingga memerlukan grid beratio tinggi.
- Mengurangi detail dan kontras di struktur jaringan.
- Dosis yang diterima gonad besar pada pemeriksaan thoraks.
- Penetrasi atau daya tembus beresiko besar untuk pembuluh darah kecil.
- Detail pada tulang kurang terutama pada foto-foto tulang.
- Pada tomogram memiliki kontras yang kurang baik.
- Memerlukan peralatan tambahan khusus (Menurut Glenda J. Bryan).


BAB III
PENUTUP


A.                     Kesimpulan
Teknik High kV merupakan teknik radiografi yang menggunakan faktor eksposi dengan kV tinggi yaitu lebih dari 100 kV, sehingga perbedaan densitas antar tulang, jaringan, dan udara menjadi relative homogen.  Pada penggunaan high kV teknik untuk foto thorax memungkinkan ke opaquekan dari ribs berkurang sehingga bila terjadi kelainan pada garis bawah ribs dapat terlihat.

B.                 Saran
Bila ingin menghasilkan gambaran dari suatu jaringan, tulang ,udara dengan densitas yang hampir sama antara ketiganya sebaiknya menggunakan teknik kv tinggi. Untuk mengurangi dosis radiasi terhadap pasien, salah satu caranya adalah dengan penggunaan teknik kV tinggi.


 

DAFTAR PUSTAKA


Files, Glen W. 1943. Medical Radiographic Technic. USA: Charles C Thomas
Harsanto, Widy. 2000. Learning Worksheet. Jakarta
(3-4-2011, 17.12 wib)
(3-4-2011, 17.30 wib)

1 comment: