MAKALAH HIGH AND LOW KV TECHNIQUE
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Variasi
kV pada teknik pemeriksaan
adalah salah satu yang biasa digunakan untuk proyeksi tertentu tergantung pada
ukuran ketebalan badan, dan pemberian
nilai mAs juga disesuaikan
untuk masing-masing badan yang diperiksa.
Sistem
teknik yang menggunakan variasi kV
memiliki keuntungan yang menjanjikan dalam variasi ekspose pada ketebalan badan
yang berbeda-beda. Kenaikan kV
yang terus meningkat dapat mengurangi kontras pada radiografi. Penurunan nilai
kontras dapat terjadi jika kV
awal terlalu rendah menyediakan penetrasi yang cukup dari organ itu.
Suatu penurunan kontras diperbolehkan ketika kV terlalu
tinggi dapat mengurangi kemampuan radiolog untuk melihat detail yang bagus
di gambaran organ. Pemanfaatan sistem variasi kV harus mampu dalam penetrasi/daya
tembus yang cukup dari bagian organ tersebut dan hasil tingkatan nilai kontras
itu bisa diterima oleh radiolog.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi nilai dari kontras. Faktor
yang utama adalah untuk mengontrol kontras yang bergantung pada kVp/mAs. Faktor
yang kedua, tidak kalah penting adalah kendali dari pancaran radiasi untuk
menghindari produksi radiasi dalam jumlah yang berlebihan dalam mengaburkan
gambaran. Faktor yang lain yang mempengaruhi skala dari kontras adalah
penggunaan dari IS.
Sehingga pada makalah ini kami memaparkan atau
menjelaskan tentang pemanfaatan penggunaan variasi kV yang berbeda, tepatnya penggunaan
high kV teknik.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan
masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Definisi high
kV teknik.
b. Tujuan
penggunaan high kV teknik.
c. Anatomi
paru-paru.
d.Teknik
pengambilan gambar.
C.
Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah agar mahasiswa/i dapat memahami
tentang high kV teknik.
D.
Metode Penelitian
Dalam penyusunan makalah ini kami memperoleh data dari membaca buku sumber dan
membuka situs internet yang mendukung pembahasan ini.
E.
Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu:
Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar
belakang, rumusan masalah, tujuan,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II
merupakan pembahasan tentang
definisi high kV teknik, tujuan penggunaan high kV teknik, anatomi paru-paru,
dan teknik pengambilan gambar.
Bab III merupakan penutup
yang berisi tentang kesimpulan dan
saran
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
High kV Teknik
1. Definisi Teknik High kV menurut Bushong (1988)
Teknik
High kV merupakan teknik radiografi yang menggunakan faktor eksposi dengan kV
tinggi yaitu lebih dari 100 kV, sehingga perbedaan densitas antar tulang, jaringan,
dan udara menjadi relatif homogen.
2. Definisi Teknik High kV menurut Clark (1974)
Teknik
High kV merupakan teknik yang sangat mengutamakan waktu eksposi yang sangat
rendah. Teknik ini sangat efektif untuk mengontrol ketidaktajaman karena
pergerakan dari objek yang tidak disengaja dan menyebabkan gambaran menjadi
kabur. Teknik High kV dapat digunakan untuk pemeriksaan angiografi karena
memerlukan waktu yang singkat, dan juga pada teknik pemeriksaan tulang.
3. Definisi Teknik High kV menurut Van Der Plats (1972)
Teknik High kV merupakan teknik pada bidang
radiologi dengan memanfaatkan tegangan (kV) tinggi dengan menurunkan nilai mAs
untuk menghasilkan gambaran radiografi yang sama dengan kondisi kV standar pada
sebuah pemeriksaan radiologi. Gambaran radiografi dihasilkan oleh 2 variable
yaitu kV dan mAs, kedua variable ini sangat mempengaruhi satu sama lain, jika
kV naik maka mAs akan berkurang, untuk ukuran ketebalan yang sama dan begitu
juga sebaliknya jika kV turun maka nilai mAs naik.
B.
Tujuan
Penggunaan High kV Teknik
- Agar
dapat meningkatkan batas densitas pada jaringan dan menghasilkan detail
jaringan lebih baik pada radiografi.
- Untuk
mendapatkan perbedaan kontras
tulang dan jaringan.
- Untuk
mengurangi dosis radiasi yang diterima oleh pasien dan pekerja radiasi.
- Untuk
mendapatkan gambaran yang homogen antara tulang, jaringan, dan udara dengan
mendapatkan perbandingan densitas yang hampir sama.
C.
Anatomi Paru-Paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar
terdiri dari gelembung (gelembung hawa, alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri
dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya ± 90m2. Banyaknya gelembung
paru-paru ini kurang lebih 700 juta buah. Paru-paru dibagi dua: Paru-paru kanan terdiri dari tiga lobus, lobus pulmo dekstra superior, lobus
media, dan lobus inferior. Paru-paru kiri, terdiri dari dua lobus, pulmo
sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari
belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai sepuluh
segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dan lima buah segmen pada
inferior. Paru-paru kanan mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen pada
lobus superior, dua buah segmen pada lobus medial, dan tiga buah segmen pada
lobus inferior.
Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi
belahan-belahan yang bernama lobulus.
Diantara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dalam tiap-tiap lobulus terdapat sebuah bronkeolus. Di dalam lobulus, bronkeolus ini bercabang-cabang yang disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2 – 0,3 mm. Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dada/kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat bagian tampuk paru-paru yang disebut hilus. Pada mediastinum depan terdapat jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua:
Diantara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dalam tiap-tiap lobulus terdapat sebuah bronkeolus. Di dalam lobulus, bronkeolus ini bercabang-cabang yang disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2 – 0,3 mm. Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dada/kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat bagian tampuk paru-paru yang disebut hilus. Pada mediastinum depan terdapat jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua:
1. Pleura visceral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru
yang langsung membungkus paru.
2. Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada luar.
2. Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada luar.
Antara kedua pleura ini terdapat ronggga (kavum) yang disebut
kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini hampa udara, sehingga
paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat)
yang berguna untuk meminyaki permukaan pleura, menghindari gesekan antara
paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernafas.
D.
Teknik Pengambilan Gambar
Salah
satu peralatan yang digunakan dalam bidang kedokteran terutama di bidang
radiologi adalah pesawat sinar x. Pesawat sinar x dalam setiap pemeriksaan
selain memberikan keuntungan dalam mendiagnosa suatu penyakit juga mempunyai
efek yang merugikan bagi kesehatan tubuh apabila dosis radiasi yang di terima
pada tubuh cukup besar. Oleh karena itu, perlu diperhatikan faktor eksposi
yang diberikan ke pasien agar aspek proteksi radiasi yang dalam pemeriksaan
radiografi pasien harus menerima penyinaran serendah mungkin tanpa mengabaikan
tujuan utama dari pemeriksaan tersebut.
Untuk mengatasi hal tersebut dapat digunakan teknik kV tinggi. Akan tetapi perlu diperhatikan, hal-hal sebagai berikut :
Untuk mengatasi hal tersebut dapat digunakan teknik kV tinggi. Akan tetapi perlu diperhatikan, hal-hal sebagai berikut :
1. Perlu kV tinggi atau
diatas 100 kV.
2. Untuk mengurangi hamburan menggunakan grid dengan rasio
tinggi 10:1 sampai dengan 12 :1.
3. Menggunakan
kolimasi yang baik atau secukupnya.
4. Kapasitas pesawat
sinar-x minimal 500 mA.
5. Kaset Green
sensitife dengan karakteristik Low speed.
6. Film Green
sensitife dengan karakteristik Low speed.
Selain
itu ada beberapa rumus tentang pengolahan teknik high kV, berikut rumus-rumus
yang mendasari teknik high kV:
A.
Van der plats
-
15% nilai kV naik, maka mAs turun setengah.
-
15% nilai kV turun, maka mAs naik dua kali lipat.
Contoh
: kV dari 60 kV dengan 30 mAs jika ditambah menjadi kV = 69 kV, maka mAs
menjadi 15 mAs tapi bila kita turunkan jadi 51 kV maka nilai mAs menjadi 60
mAs.
B.
Rumus 10 kV Rule
- Jika kV naik sebesar 10 kV, maka mAs akan
berkurang menjadi setengahnya.
- Jika kV turun
sebesar 10 kV, maka mAs akan naik menjadi setengahnya.
Ø
Teknik Radiografi Thorax Proyeksi PA erect:
1. Klinis :
Bronkhitis Kronis, KP, Pleural Effusion, Pneumo thorax,
Massa pada
paru/mediastinum.
2. Posisi Pasien : Erect.
3. Posisi Obyek : - Pasien berdiri menghadap buckystand.
- Dada pasien menempel buckystand.
- Dagu diekstensikan.
- Batas atas kaset 3 jari di atas
bahu.
- Kedua punggung tangan pasien
diletakkan di panggul.
- Kedua siku difleksikan ke depan.
- Pastikan kedua sisi kanan dan
kiri tubuh pasien tercakup ke
dalam kaset.
- Letakkan marker R/L.
- Eksposi pada saat pasien tahan
napas setelah inspirasi penuh.
4. CP : Setinggi axila.
5. CR : Horizontal tegak lurus film.
6. FFD : 150 cm.
7. Faktor Eksposi: -kV: 100 -mAs: 1
8. Kriteria Gambar : - Apex paru tidak terpotong.
- Kedua sinus costophrenicus tidak terpotong.
- Kedua scapula tidak menutupi area paru.
- CV thoracalis tepat pada pertengahan film.
- Tampak gambaran yang homogen antara tulang, jaringan,
dan
udara dengan mendapatkan perbandingan densitas yang
hampir
sama,
kontras tulang dan jaringan.
* Pada penggunaan high kV teknik untuk foto thorax
memungkinkan ke opaquekan dari ribs berkurang sehingga bila terjadi kelainan
pada garis bawah ribs dapat terlihat.
Ø Hubungan mAs terhadap
gambaran:
Kenaikan
mAs akan diikuti dengan banyaknya jumlah elektron yang dihasilkan dan
mempengaruhi banyaknya foton sinar-x yang dihasilkan atau dengan kata lain mAs
berhubungan dengan kuantitas sinar-x yang dihasilkan, kuantitas sinar-x akan
mempengaruhi densitas gambaran pada film yang dihasilkan, maka semakin tinggi
mAs yang digunakan akan semakin tinggi densitas yang dihasilkan.
Ø Hubungan mAs terhadap kV:
Kenaikan
mAs akan mengikuti kenaikan kV yang digunakan untuk menghasilkan sebuah
gambaran pada film. Jika pada objek yang lebih tebal, supaya sinar-x bisa
menembus objek tersebut dengan baik, maka akan digunakan kV yang lebih tinggi.
Karena kV yang digunakan lebih tinggi maka untuk mengimbanginya digunakan juga
mAs yang lebih tinggi (Ball and Price, 1990). Misalnya pada pemeriksaan os
manus diberikan kV sebesar 44 dan mAs sebesar 4, maka jika dilakukan pemeriksaan
thorax akan diberikan kV sebesar 58 dan mAs sebesar 6.
Pada
kisaran kV tertentu antara 60-80 kV terdapat kecenderungan semakin tinggi kV
yang digunakan akan semakin menurun mAs nya. Hal ini didasarkan pada aturan 10
kV (10 kV’s Rule). Aturan 10 kv menyebutkan bahwa jika kV naik 10 kV, maka mAs
akan turun 50% dari semula dan jika kV turun 10 kV, maka mAs akan naik 50% dari
semula. Untuk penggunaan kV yang tinggi atau biasa disebut dengan teknik kV
tinggi dengan kisaran kV mulai dari 100 kV ke atas, mAs cenderung menjadi
sangat rendah. Hal ini didasarkan pada rumus hubungan antara kV dengan mAs di
bawah ini :
(kV
1) 4 x
mAs 1 = (kV 2) 4
x mAs 2
Keterangan :
kV
1 = kV
awal sebelum diubah
mAs
1 = mAs
awal sebelum diubah
kV
2 = kV
sesudah diubah
mAs
2 = mAs
sesudah diubah
Ø Keuntungan penggunaan teknik High kV :
- Batasan tegas
densitas jaringan dapat tervisualisasikan di film.
- Mengurangi waktu eksposi lebih singkat
dengan pemberian mAs yang kecil.
- Panas tabung sinar x berkurang dan akan
membuat pesawat menjadi lebih awet.
- Lebih besar latitude eksposi.
- Dengan mA yang kecil menjadikan fokus
yang baik.
- Dosis radiasi pasien berkurang di banding
dengan teknik biasa bahkan berkurang hingga 80%.
- Penggunaan mAs rendah memungkinkan
penggunaan fokus kecil sehingga gambaran lebih tajam ( Menurut Glenda J. Bryan
).
- Penggunaan mAs rendah memungkinkan
terjadinya waktu eksposi singkat sehingga mampu menghindari movement
unsharpness (Menurut Glenda J. Bryan).
- Dengan kV tinggi densitas lebih merata
(Menurut Phillip W. Ballinger).
-
Dengan mAs yang lebih kecil dari teknik kV biasanya sehingga waktu eksposi
lebih
rendah, kemudian
movement unsharpness nya dapat teratasi lalu dengan fokus kecil maka geometri
unsharpness juga dapat teratasi. (Menurut Phillip W. Balingger).
Ø Kerugian penggunaan teknik High kV:
- Memerlukan pesawat sinar-x yang memiliki
kv besar.
- Radiasi hambur meningkat sehingga
memerlukan grid beratio tinggi.
- Mengurangi detail dan kontras di struktur
jaringan.
- Dosis yang diterima gonad besar pada
pemeriksaan thoraks.
- Penetrasi atau daya tembus beresiko besar
untuk pembuluh darah kecil.
- Detail pada tulang kurang terutama pada
foto-foto tulang.
- Pada tomogram memiliki kontras yang
kurang baik.
- Memerlukan peralatan tambahan khusus (Menurut
Glenda J. Bryan).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Teknik
High kV merupakan teknik radiografi yang menggunakan faktor eksposi dengan kV
tinggi yaitu lebih dari 100 kV, sehingga perbedaan densitas antar tulang,
jaringan, dan udara menjadi relative homogen. Pada penggunaan high kV teknik untuk foto
thorax memungkinkan ke opaquekan dari ribs berkurang sehingga bila terjadi
kelainan pada garis bawah ribs dapat terlihat.
B.
Saran
Bila ingin menghasilkan gambaran dari suatu jaringan, tulang
,udara dengan densitas yang hampir sama antara ketiganya sebaiknya menggunakan
teknik kv tinggi. Untuk mengurangi dosis radiasi terhadap pasien, salah satu caranya adalah
dengan penggunaan teknik kV tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Files, Glen W. 1943. Medical Radiographic Technic. USA:
Charles C Thomas
Harsanto, Widy. 2000.
Learning Worksheet. Jakarta
(3-4-2011, 17.12 wib)
(3-4-2011, 17.30 wib)
nice post ! keep it up!
ReplyDelete